Rabu, 28 Februari 2018


Jika kita hanya mencapai kejahilan,
maka kita akan terkurung dalam penjaraNya

Jika kita mencapai gerbang pengetahuan,
maka kita akan memasuki istanaNya

Dan jika tertidur,
kita mabuk olehNya

Jika terbangun,
kita dicengkram oleh tanganNya

Jika meratap,
kita adalah pembawa kemurahan yang berasal dariNya

Dan jika kita tertawa,
ketika itulah kita jadi kilatan cahayaNya

Dan jika gusar serta melawan,
itulah isyarat dan kemahakuasaanNya

Dan jika merasa tenteram dan damai,
itulah syarat dari kasih sayangNya


Siapakah kita didunia yang membingungkan ini, sedangkan Dia tegak sendiri bagaikan sang Alif ?

Kita ini bukan apa - apa,

Bukan apa - apa.




- Rumi, Masnawi.

Rabu, 21 Februari 2018

Jakartans



Jadi sekarang aku disini, didepan gerbang masuk Fx Sudirman. Sore abu-abu karena habis hujan. Janjian ketemu sama mas pacar hehe. Barusan aja turun dari moda transportasi paling cihui abad ini: gojek. Dengan mata yang masih kiyip kiyip setelah pules tidur dimotor (jangan ditiru genks) laper, eh liat ada orang bawa mendoan bumbu pecel langsung ngiler. terus beli. terus makan sambil bediri, senderan tembok disamping kumpulan mas - mas kongkowers yang lagi nyeruput kopi yang masih ngepul di gelas plastik sambil udat udut.

Pikiranku mengawang? Ah retoris! bagaimana tidak? tentu saja pikiranku mengawang.
Jadi, apa sebutan buat warga jakarta? Jakartans? Jakartanians? Hahahahaha!

Jakarta, gaada abisnya ngomongin kota metropolis satu ini. Ibukota dengan segala kekompleksannya.
Lengkap dengan semua gemerlap dan lukanya yang menganga.
Warga jakarta -kita sepakati saja jadi 'jakartans'- itu lucu lucu. Serius.
Ada yang garis keras, ada yang cuek, ada yang baru pulang kerja, ada yang baru mulai main, ada yang pake sweater gede gede rambut dicat kuning, ada yang retro, ada yang kaya mau fashionshow, ada yang santai, ada yang dikerjar waktu, ada yang linglung, ada yang ngobrolin politik, ada yang curhat sampai bisik-bisik, ada yang harap harap cemas dagangannya masih banyak, ada yang menikmati hidup dengan makan mi ayam sambil kakinya diangkat satu. Ah juara!

Liat mereka sekarang ini lagi berseliweran disekitarku, kira-kira apa yang ada dipikiran mereka?

Jakartans, individu yang sibuk dengan pikirannya masing-masing. sibuk mondar-mandir. sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. dan yang pasti, sibuk dengan segala aplikasi chatting dan drama permedia sosialan di gadget yang mereka pelototin sampai terbungkuk - bungkuk itu.

Jakartans, masing masing individu sibuk inilah yang turut menyusun kompleksnya ibukota, membentuk Jakarta menjadi seJakartanya Jakarta.

Sementara aku?
Sibuk dengan mendoanku, tentu saja.


Sabtu, 17 Februari 2018




Tubruk aja, cukup. Gaperlu yang aneh-aneh. Aku suka. Sangat.

Terimakasih banyak, mas ❤

Minggu, 04 Februari 2018

semanusia manusianya manusia.


pasar tumpah ruah, Jakarta 04/02/2018.

setiap manusia munafik pada dasarnya.

terus berbuat kesalahan, tapi terus menginginkan kebaikan untuk datang, singgah dan bahkan, menetap.

tapi setidaknya, rasa itu.
rasa untuk 'menginginkan kebaikan' itu tetap ada
rasa yang buat manusia tetap menjadi manusia.

somehow itu yang membimbing kita buat 'nemu jalan' jadi yang lebih baik lagi.
thats! the power of kausalitas. masih suka terkesima aja gitu sama hubungan ajaibnya sebab dan akibat.


jadi yah mungkin memang benar, manusia adalah makhluk yang di antara.