Jadi sekarang aku disini, didepan gerbang masuk Fx Sudirman. Sore abu-abu karena habis hujan. Janjian ketemu sama mas pacar hehe. Barusan aja turun dari moda transportasi paling cihui abad ini: gojek. Dengan mata yang masih kiyip kiyip setelah pules tidur dimotor (jangan ditiru genks) laper, eh liat ada orang bawa mendoan bumbu pecel langsung ngiler. terus beli. terus makan sambil bediri, senderan tembok disamping kumpulan mas - mas kongkowers yang lagi nyeruput kopi yang masih ngepul di gelas plastik sambil udat udut.
Pikiranku mengawang? Ah retoris! bagaimana tidak? tentu saja pikiranku mengawang.
Jadi, apa sebutan buat warga jakarta? Jakartans? Jakartanians? Hahahahaha!
Jakarta, gaada abisnya ngomongin kota metropolis satu ini. Ibukota dengan segala kekompleksannya.
Lengkap dengan semua gemerlap dan lukanya yang menganga.
Warga jakarta -kita sepakati saja jadi 'jakartans'- itu lucu lucu. Serius.
Ada yang garis keras, ada yang cuek, ada yang baru pulang kerja, ada yang baru mulai main, ada yang pake sweater gede gede rambut dicat kuning, ada yang retro, ada yang kaya mau fashionshow, ada yang santai, ada yang dikerjar waktu, ada yang linglung, ada yang ngobrolin politik, ada yang curhat sampai bisik-bisik, ada yang harap harap cemas dagangannya masih banyak, ada yang menikmati hidup dengan makan mi ayam sambil kakinya diangkat satu. Ah juara!
Liat mereka sekarang ini lagi berseliweran disekitarku, kira-kira apa yang ada dipikiran mereka?
Jakartans, individu yang sibuk dengan pikirannya masing-masing. sibuk mondar-mandir. sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. dan yang pasti, sibuk dengan segala aplikasi chatting dan drama permedia sosialan di gadget yang mereka pelototin sampai terbungkuk - bungkuk itu.
Jakartans, masing masing individu sibuk inilah yang turut menyusun kompleksnya ibukota, membentuk Jakarta menjadi seJakartanya Jakarta.
Sementara aku?
Sibuk dengan mendoanku, tentu saja.