Jumat, 19 Desember 2014



Keluarga tanpa darah

Agak sedikit lucu sebenarnya, bagaimana sebuah ikatan dapat terbentuk justru dari hal yang paling tidak menyenangkan. Dari dendam, kucuran keringat, makian, lumpur, tekanan, sindiran bahkan tembakau yang dibakar. Mungkin kesamaan hobi, pikiran, pandangan, tekad yang membuat kami berkoloni di satu tempat. Lucu bagaimana sebuah ikatan sekuat ini dapat terbentuk bahkan tanpa kesamaan darah yang mengalir di masing – masing vena kami.

17 kepala kami bernaung dalam sebuah rumah. Rumah kami bercat biru putih, beratap merah dengan putih di tepiannya, jendela kami adalah sekumpulan garis yang saling bertautan membentuk tiga buah sudut. Selamat datang di rumah kami, aku siapkan karpet merah didepan pintu putih kami teruntuk kamu, yang sedang membaca tulisanku ini

mungkin berlebihan, yah tapi setidaknya ini menurutku.
Aku mencintai setiap jengkal rumah ini, setiap petak lantai, setiap sudut langit – langitnya, setiap tepi dan setiap guratan didalamnya. Aku tidak hanya mencintai rumah ini, aku bahkan mencintai setiap anggota keluarga ini, setiap detak jantung mereka, tiap helai rambut mereka, tiap hembus nafas mereka walau semerbak rokok dimana – mana

Aku, ragil yang sebentar lagi mendapat adik baru-dalam satu periode waktu kedepan- mempunyai enam belas kakak. Mereka dengan kerumitan mereka masing – masing, mereka dengan kehidupan mereka masing – masing.

Aku sayang mereka,  jika terjadi sesuatu dengan salah satu dari mereka terlebih aku penyebabnya, aku tidak akan berpikir dua kali, apapun untuk mereka. Sekalipun harus meninggalkan rumah ini.
Mencegah memang selalu lebih baik bukan?




Teruntuk kepala divisiku, aku mohon maaf yang sebesar – besarnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar