Jumat, 29 Juni 2018

(takut) tersesat



diantara bias-bias penafsiran belakangan ini, dengan pemahaman yang amat sangat terbatas,
aku henti ditengah jeda untuk tidak henti berbisik sungguh-sungguh,

tunjukkanlah kami jalan yang lurus
tunjukkanlah kami jalan yang lurus
berulang-ulang.


reflect

Bekasi, 29 Juni 2018
Kamar tidur, sekitar pukul 11 malam lewat

Kamar tidurku tidak luas, hanya berapa kali berapa meter. Tapi yah, ruang ini lebih dari cukup sebagai tempatku merefleksi diri.

Ntah memang sudah waktunya atau ntah apapun alasannya, saat ini aku butuh bicara dengan diriku sendiri. Merefleksikan apa saja yang sudah kuperbuat sejak "sesi bicara"ku yang terakhir. Seperti yang kalian tahu, tidak pernah mudah bagiku melakukan "sesi bicara", karena aku tidak suka dan suka-dalam waktu yang bersamaan- berbicara setelanjang ini dengan diriku sendiri.

Beberapa waktu belakangan ini setidaknya ada tiga temanku yang sedang bermasalah dengan kisah percintaannya, dan aku berusaha menjadi pendengar yang baik. Sialnya, aku sering kali melewati batasan "pendengar" itu, aku malah dengan soknya menjadi "pemberi nasihat" atau lebih buruk lagi, menjadi "komentator". Sebenarnya sudah ada sepercik perasaan tidak nyaman saat menyadari aku melewati batas walaupun rasa itu masih bias, sampai akhirnya tadi Jingga juga memberitahu dan menasihatiku. Dan setelah aku coba berpikir panjang, benar bahwa ternyata harga melewati batas itu bisa jadi mahal, karena bisa saja hubungan pertemanan kalian merenggang. Ah Genap sudah penyesalanku. *sigh*
Lesson learned.

Beberapa waktu belakangan ini juga aku merasa kemerungsu lagi, aku merasa terburu-buru. Aku ingin beribadah dengan tenang, meresapi setiap detiknya. Tidak hanya mengaduh dan merengek, tetapi juga bertasbih. Bercerita seada-adanya dan selengkap-lengkapnya. Bersujud tidak hanya meminta, tetapi juga bersyukur, dan, 
memohon ampunan.

Aku ingin jadi manusia yang baik, sebagai teman, sebagai anak, sebagai saudara, sebagai pasangan, sebagai kakak, sebagai adik, sebagai sahabat, sebagai orang asing, sebagai wanita, sebagai kolega, sebagai yang lebih tahu, sebagai yang tidak lebih tahu, sebagai sesama manusia, sebagai buah karya, sebagai makhluk ciptaan Allah yang Maha Segalanya.
Sungguh aku ingin jadi manusia yang baik.

Caranya?
Menemukan cara setelah terlebih dahulu mendefinisikan dan menemukan titik akar adalah bagian terakhir dari "sesi bicara"ku. Dan hei, ini rahasia. Jadi, mari cukupkan.

Selamat pagi semesta



Dan ah, selamat memejam, Jingga

Senin, 25 Juni 2018

Saat tiba waktu Dhuha


Bapak tua itu setiap hari berpakaian rapih lengkap dengan senyum yang mengembang diwajahnya.
Sembari berdiri menjaga lapak kecilnya dia menyapa semua yang lewat, termasuk aku.
Aku tidak banyak tahu tentangnya, bahkan namanya pun aku tak tahu.
Hanya satu yang aku tahu pasti,
Lapak reparasi jam miliknya itu, jelas tidak lebih besar dari semangatnya untuk bertahan di Ibukota ini.

Bapak reparasi jam itu sering terlihat di trotoar pejalan kaki didepan gedung kantorku,
Kecuali saat tiba waktu dhuha.
Aku tidak banyak tahu tentangnya,
Ntah bagaimana perjalanan hidupnya hingga ia bisa terdampar di rimba beton Jakarta,
Ntah seberapa berat bebannya,
Ntah apa alasan dia hingga masih bertahan hingga saat ini.

Tetapi mungkin,
Mungkin saja, ia mendapatkan ketenangan baru saat serentetan ayat-ayat baik itu mengalir bersama sisa tetes wudhu disela-sela helai rambut putihnya,
Atau mungkin saja, ia merasa dirinya kembali utuh saat lantunan-lantunan doa terpatri disela-sela guratan wajahnya.

Ntah apa isi doa panjang bapak tua reparasi jam itu, saat pagi hari ini kulihat ia bersimpuh sendirian di masjid yang lengang,
Saat tiba waktu dhuha.


Selasa, 12 Juni 2018

Kamis, 07 Juni 2018

Dan semoga kita tak sesemu yang sudah-sudah


Semoga
Aku dapat menjadi sebaik-baiknya teduh saat kamu penuh peluh

Semoga
Kamu dapat menjadi sebaik-baiknya pemimbingku melangkah

Semoga
Kita dapat saling menggenapkan apa yang masing masing kita sebut separuh

Selasa, 05 Juni 2018


kangen gak ngobrol sama aku?

aku kangen sama bibirmu yang gak bisa diem itu. yang terus menerus bergumam itu. yang bawel cerita apapun yang kamu rasain, yang kamu alamin, yang kamu pikirin

aku kangen jadi pendengar nomor empatmu

aku juga kangen mau cerita-cerita lagi sama kamu. Kamu masih mau dengerin aku kan?

sini, senderan sambil cerita-cerita lagi sama aku. Aku gak ketiduran deh. Beneran


Sabtu, 02 Juni 2018

meraba rasa


Kalau kamu punya waktu,
Cobalah menyimak sekitar
Karena pada kenyataannya, cinta, masih banyak bisik-bisik yang belum kamu raba

Kalau kamu tak punya waktu,
Cobalah sempatkan sebentar
Karena suara-suara dalam hati dan kepala itu, cinta, masih menanti untuk kamu rasa



Jumat, 01 Juni 2018



"Yaaaa, dan yg paling penting kamu harus YAKIN kalau kamu MAMPU melalui ini dan BELUM TENTU apa yang kamu cemaskan saat ini akan terjadi ca"
- velda


my lately 2 a.m thought



Beberapa malam (udah masuk pagi deng) terakhir ini sering keinget kata-kata rindu yang udah setahunan lalu kalo gasalah, kira-kira begini:

R: mungkin ada yang salah dari cara lo sayang sama orang cong

Dan aku sebenernya terus terusan mikir, sampe sekarang. masa iya salah? kenapa? apa yang salah? dimana salahnya? harusnya gimana?

Belakangan memang rasanya aku jarang sekali "mengunjungi" diriku sendiri untuk sekedar bicara empat mata. Jadi yasudah, aku putuskan untuk berbicara dan berdamai. Banyak hal yang jadi bahan diskusi, salah satunya anxiety.

Aku gapernah menanganggap ini sebagai suatu hal yang serius sampai hal ini benar-benar menggerogoti dan menganggu hidupku belakangan. Iya, aku mengalami salah satu 'titik terbawah'ku beberapa minggu lalu, jangan ditanya segimana berantakannya bentukanku waktu itu. Sampai akhirnya aku menghubungi velda, teman sekosku dulu, dia anak psikologi ngomong-ngomong. Dan rara, tentu saja.

Rasa-rasanya aku tau sebabnya apa. I'm completely lack of self-love.
Selama ini aku gak lepas lah dari self-blaming, self-hurting, ngerasa gak percaya diri, gak cukup baik buat orang lain, not worth enough to fight. Rasa-rasanya aku dikerdilkan sama diriku sendiri.
Toxic.

It feels like mau kamu berusaha meningkatkan kemampuan dan menjadi lebih baik sejungkir balik apapun, tetep rasanya kaya gaada ampasnya, tetep kosong. percuma. sia-sia. lenyap. Karena gak dilandasi sama rasa sayang. Kamu gak sayang ca sama dirimu sendiri. Slap me right to the point.

Sama diri sendiri aja belum selesai, gimana sama orang lain?

Gimana bisa sih ca, kamu sayang sama orang kalo kamu ga sayang sama dirimu sendiri?
Itu, selama ini udah berkali-kali aku denger, pernyataan paling halahalaahh menurutku..tapi sekarang kayanya aku mulai bisa liat benang merahnya

So, here I am.
Mencoba memaknai dan mee.....manifestasikan(?) self-love.
Aku ingin menjadi orang yang selesai dengan dirinya sendiri. 
Agar bisa menjadi sebaik-baiknya tempat bertumbuh, tempat kembali, tempat berpijak. utuh. untuk orang-orang yang aku kasihi.

Oh, katakan saja aku berlebihan, tapi toh semua orang punya medan perangnya masing-masing.

the perks of bettering myself, wish me luck!

Aku bakal nulis lebih lanjut tentang self-love anw, maybe next day
.
.
. ummm hehe next week will be great.