Semua orang ingin menjadi lebih baik
Dalam berbagai konteks, dalam segala konteks
Menurutku? ah ya ya sependapat.
Banyak orang menjadikan ‘lebih baik’ ini sebagai sebuah
tujuan, dengan berbagai jalur yang bisa ditempuh. Tetapi sayang, bagaimana cara mendefinisikan ‘lebih baik’?
‘baik’ sendiri memiliki nilai yang bias, berbeda definisi
antara satu kepala dengan kepala yang lain. Jadi apa tolak ukurnya? Bagaimana batasannya?
Siapa yang kemudian menentukan ‘pagu-pagu’ tersebut? hingga sampai pada
pertanyaan awal dan akhir,
‘untuk apa kamu
menjadi lebih baik?’
Mari berandai,
Berbicara konteks terlebih dahulu, ‘lebih baik’ ini adalah
tentang kamu dengan sesama kamu – kamu yang lain ataukah tentang kamu dengan Sang Maha
Pencipta?
Dalam konteks horizontal, bagaimana tolak ukurnya? Bagaimana
batasannya?
‘baik’ sendiri itu bermacam – macam di setiap kepala
Bagaimana menentukan seseorang itu baik? tidak berkata
kasar? tidak memakai baju terbuka? tidak bertato? tidak main keluar malam – malam?
tidak berunjuk rasa? tidak meggunakan tisu berlebihan? tidak membuat telur
dadar dengan isian selai blueberry? tidak banyak bicara? tidak datang terlambat?
tidak mandi berlama-lama? tidak mengganggu tetangga sebelah karena asik main
game? tidak membeli martabak manis dengan topping kacang? tidak membuang
makanan?
Tadi katanya banyak jalur yang bisa diambil untuk menuju ‘lebih
baik’, tetapi bagaimana batas luar jalurnya sehingga dapat dikatakan bahwa
seseorang adalah orang yang ‘baik’? memang sih dikatakan bahwa setiap orang
punya ultimate reality, tapi apakah milik yang satu selaras dengan milik yang
lain? Ntah
Menurutku? Well,
Bukankah yang paling penting adalah kenyataan bahwa kita
tetap bergerak dan berproses?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar