Selasa, 09 Mei 2017

Lebih baik? Baiklah




Semua orang ingin menjadi lebih baik
Dalam berbagai konteks, dalam segala konteks
Menurutku? ah ya ya sependapat.

Banyak orang menjadikan ‘lebih baik’ ini sebagai sebuah tujuan, dengan berbagai jalur yang bisa ditempuh. Tetapi sayang, bagaimana cara mendefinisikan ‘lebih baik’?

‘baik’ sendiri memiliki nilai yang bias, berbeda definisi antara satu kepala dengan kepala yang lain. Jadi apa tolak ukurnya? Bagaimana batasannya? Siapa yang kemudian menentukan ‘pagu-pagu’ tersebut? hingga sampai pada pertanyaan awal dan akhir,
‘untuk apa kamu menjadi lebih baik?’

Mari berandai,
Berbicara konteks terlebih dahulu, ‘lebih baik’ ini adalah tentang kamu dengan sesama kamu – kamu yang lain  ataukah tentang kamu dengan Sang Maha Pencipta?

Dalam konteks horizontal, bagaimana tolak ukurnya? Bagaimana batasannya?

‘baik’ sendiri itu bermacam – macam di setiap kepala
Bagaimana menentukan seseorang itu baik? tidak berkata kasar? tidak memakai baju terbuka? tidak bertato? tidak main keluar malam – malam? tidak berunjuk rasa? tidak meggunakan tisu berlebihan? tidak membuat telur dadar dengan isian selai blueberry? tidak banyak bicara? tidak datang terlambat? tidak mandi berlama-lama? tidak mengganggu tetangga sebelah karena asik main game? tidak membeli martabak manis dengan topping kacang? tidak membuang makanan?
Tadi katanya banyak jalur yang bisa diambil untuk menuju ‘lebih baik’, tetapi bagaimana batas luar jalurnya sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang adalah orang yang ‘baik’? memang sih dikatakan bahwa setiap orang punya ultimate reality, tapi apakah milik yang satu selaras dengan milik yang lain? Ntah

Menurutku? Well,
Bukankah yang paling penting adalah kenyataan bahwa kita tetap bergerak dan berproses?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar