ok. here we go
ntah ini harus dimulai darimana
Meet him. The one who I called 'amu'
Dia. Orang yang setengah mati gue benci. Tapi dia juga orang yang setengah mati pingin gue liat senyum bangganya liat apapun yang udah gue capai.
Apapun yang dia minta, selalu, sangat amat pingin gue penuhin. mati-matian.
Beberapa tahun ini gue bersikap sangat sangat annoying ke dia
Gue berhenti ngechat dia duluan. Berhenti cari topik obrolan. Jangankan cerita, gue bahkan berhenti ngomong apapun kecuali yang emang penting dan dia tanya duluan.
Percaya apa engga, berada dalam satu ruangan yang sama sama diapun gue keganggu. Separah itu.
Selalu ada aja alasan gue berhenti setiap kali gue berencana damai sama dia.
Gue marah. Gue kecewa. Dan cara protes yang gue pilih adalah diam. Karena sebaik-baiknya protes adalah dengan tidak bersuara. Dengan abai. Dengan apatis.
Dengan tidak bercerita apapun, dengan tidak mendengarkan apapun.
Mu, sadar gak aku lagi protes?
Protes gue berlangsung lama. Cukup lama, sampai akhir tahun kemarin gue baru sadar kalau ternyata dia kehilangan beberapa kilo berat badannya. Gue baru sadar kalo mukanya lebih pucet dari apa yang bisa gue inget. Gue juga gainget kapan dia punya luka dikakinya. Dan sejak kapan rambut putihnya lebih banyak dari rambut hitamnya? Dulu bukannya rajin semiran sekalian cukur rambut? Dan kapan terakhir kali dia potong rambut? Kok sampe panjang gini.tumben.
Dan tiba-tiba, ntah darimana serasa ditabrak sama pertanyaan
"sampe kapan?"
Oke dia salah. Tapi sampe kapan? 23 tahun, dan lo gabisa memperlakukan dia dengan baik?
Wake up. Before you fuckin ruin everything. Again. Kali ini, sekali ini aja, jangan kacauin apapun ca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar