Minggu, 29 Oktober 2017


Ah, "katanya kamu suka hujan,
Tetapi jika hujan turun kamu malah membuka payungmu"

Mungkin karena membuka payung adalah cara terbaik untuk dapat melihat dari dekat, menyentuh langsung, meresapi sedam-dalamnya, jatuh sejatuhnya, tanpa menyakiti diri sendiri? Ntah aku hanya sedang tidak ingin menyakiti diri sendiri


What's your favorite thing about earth ?


Hujan.

Karena menurutku,
Akan selalu ada sabar dari tiap gerimis yang jatuh satu demi satu,
Selalu ada ego yang luluh dari tiap deras yang merapat,
Selalu ada lega dari tiap hujan yang ditunggu,
Dan selalu ada pelajaran yang coba disampaikan dari setiap hujan yang tidak diharapkan.
Tetapi pada akhirnya, hujan selalu menenangkan. Terlalu menyenangkan

Kamis, 26 Oktober 2017

Selinap


Ada satu dua malam biru yang hadir mendekap
Terkadang senyap,
Terkadang hingar memekak sampai pengap

Ada kenang yang menghisap
Dalam setiap linting yang kau sesap
Mungkin tentang rindu yang tiba-tiba hinggap
Atau hanya kesepian yang meresap

Ada harap yang semakin kalap
Diantara sadar yang berdiri tegap
Terkadang lenyap,
Terkadang menyelinap.

Sabtu, 21 Oktober 2017

She


Ia berpikir dan merenung,
Lagi dan lagi dan lagi
Ia mempertanyakan,
Lagi dan lagi dan lagi
Ia meragu,
Lagi dan lagi dan lagi
Terus menerus bergulat dengan pikirannya sendiri

Kemudian,
Ia menulis,
Lagi dan lagi dan lagi
Bukan bermaksud mengumbar,
Atau agar dibaca oleh mereka yang sesekali lewat.

Lebih kepada ia butuh diyakinkan,
Oleh dirinya sendiri.

holly fckn crap


Rasanya kaya tertinggal jauh,
Amat sangat jauh dibelakang.
Waktu rasanya kepalamu penuh sama "hellooooooowwww. Kemana aje lau"

Kamu belum bisa ini, belum bisa itu
Tepat saat orang lain udah bisa jauh sebelum itu
Mereka udah bisa lari, kamu bahkan baru mau belajar merangkak.

Takut,
Takut sama apa yang udah udah kamu lakuin
Takut nanti berhenti ditengah jalan

Miris waktu sadar gimana berantakan ancur-ancurannya
Rasanya pengen nyerah "ndak ya ini masih bisa diperbaiki? ndak ya aku terlambat?"



Tidak usah diberi judul lah ya


"... ayo mulai sekarang harus teratur. Dipaksain sedikit tubuhnya walaupun capek"  -Tobil

Tertampar (lagi)

Dalam berkehidupan sehari-hari,
Aku terbiasa memaksa diri sendiri.
Ketika mendaki atau berorganisasi semisal,
Aku terbiasa mendorong sejauh-jauhnya kemampuan tubuh sampai batasnya.

Mungkin pertanyaan terbesarnya adalah,
Kenapa,
Setelah sebegini lamanya kamu tidak pernah menerapkan konsep pemaksaan diri sendiri untuk hal ini?
Kenapa menjalani kewajiban yang hanya 10 menit kamu tidak memaksakan diri sendiri?

Dan sekarang, kutipan diatas menjadi tamparan sekaligus motivasi terbesar. Terimakasih banyak.

and nobody said it was easy


Jadi begini,
Bayangkan pada suatu titik waktu kamu tersentak hebat.
Perlahan mengatur detak yang berantakan.
Mencoba memahami retak jengkal demi jengkal

Kemudian kamu tersadar bahwa setiap retak tidak akan mampu menyembuhkan dirinya sendiri. Bahwa setiap retak butuh diperbaiki
Semakin dalam, kamu menemukan bahwa ada semakin banyak retak yang perlu diperbaiki

Dalam satu titik waktu, semangatmu membara
Dalam satu titik waktu, semangatmu mengembara ntah kemana
Tapi kamu tetap melangkah kan?

Padahal kamu tahu pasti bahwa perjalanan masih amat panjang,
Tapi kamu tetap melangkah kan?

Padahal kamu tahu pasti bahwa jalurnya tidak akan mudah,
Tapi kamu tetap melangkah kan?

Padahal kamu tahu pasti bahwa bekal yang kamu miliki tak seberapa banyak,
Tapi kamu tetap melangkah kan?

Padahal kamu tahu pasti bahwa dalam perjalanan belum tentu berpapas rekan,
Tapi kamu tetap melangkah kan?

Padahal kamu tahu pasti bahwa tidak ada satupun yang mengatakan perjalanan ini akan mudah,
Tapi kamu tetap melangkah kan?

Setidaknya kamu melangkah. Setidaknya kamu bergerak. Setidaknya kamu berproses.
Dan proses itu baik, kan?


Sabtu, 07 Oktober 2017

titik balik


Merbabu, 6 Oct 2017

Kalo ada yang tanya, "kenapa sih ca naik naik gunung?" gue selalu jawab ngasal hahaha soalnya gimana ya, gak gampang di deskripsiin.
Menurut gue, naik gunung itu bukan sekedar tembak puncak pas sunrise. Puncak itu bonus, apalagi dapet sunrise dipuncak itumah bonus plus plus hahahaha. Menurut gue yang terpenting dari yang paling penting adalah proses perjalanannya.

Hahahaha terserah deh orang mau ngomong apa, cuma gue punya ritual gue sendiri untuk moving on. Salah satunya, naik gunung.
Gue emang selalu nekenin puncak itu bonus, tapi untuk agenda yang satu ini hohoho puncak itu harus. Semacem bikin komitmen sama diri sendiri: "kalau dikasih sampe puncak, titik tertinggi itulah yang bakal jadi titik balik gue".
Walaupun kamu udah gabisa mikir apa-apa lagi selain napas sama jalan, jalanin.

Naik gunung buat gue terlalu sakral kalo cuma dijadiin ajang gaya-gayaan atau pamer kekuatan. Buat apa kuat nenteng carrier kalo temen lo ketinggalan jauh dibelakang? Buat apa bisa jalan cepet-cepet kalo minum lo abisin sendirian? Buat apa dapet foto bagus tapi masih nyampah sembarangan?
Kalau ada orang yang cuma gaya-gayaan buat naik gunung maka sesungguhnya mereka termasuk kaum-kaum yang merugi ckckck.
In my point of view, gunung menjadi sarana termegah dan terbaik untuk self-healing.

Tuhan nyiptain alam segini hebatnya bukan buat ditaklukin, tapi buat diresapi. Gunung menjadi tempat dimana kamu bisa Sedikit banyak belajar tentang 'ikhlas'. Gunung menjadi tempat dimana kamu belajar untuk bisa lebih mengandalkan dirimu sendiri lebih dari apapun. Tempat dimana kamu bisa ngepush dirimu sendiri sejauh-jauhnya, ngepush egomu serendah-rendahnya. Tempat dimana matamu akhirnya terbuka lebar dimana kamu gaada setai-tainya kalau gak berkat Tuhan yang emang masih pengen kamu idup. Tempat dimana kamu sadar kalau dalam hidup kamu memang butuh istirahat di beberapa titik, untuk kemudian melangkah lagi. Tempat dimana kamu sadar kalau setelah sampai di titik tertinggi, kamu akan merindui titik terendah.

Gunung menjadi tempat paling baik dimana melepaskan apa yang patut dilepaskan adalah keputusan yang paling baik.