Sabtu, 25 November 2017
Selamat datang 23!
Sebelumnya, kuceritakan padamu
Jadi, (berdasarkan rumor rumor yang beredar dikantor) kemarin adalah dinas terakhir gue tahun ini. Daan dinas terakhir gue jatuh di...... Lampung.
Flight lampung itu bentar banget cuma sekitar 45 menit. Jadi yaa mau tidur kentang, mau nonton juga kentang hahahaha akhirnya buat pertama kalinya gue memutuskan buat nanti pas dijalan mau menaruh perhatian lebih keluar jendela.
Long story short,
Gate dibuka, seat ketemu, persiapan take off. Dititik ini biasanya orang-orang nunduk, mencengkram sesuatu, memejamkan mata dan pasti, berdoa.
Walaupun sebenernya, gue gatau kenapa orang-orang setakut itu, gue pun gatau kaya gimana sebenernya bahaya yang mengancam tuh kaya apa.
Kay, waktu udah stabil diatas gue masih asik ngeliatin jendela, lebih tepatnya fokus merhatiin pemandangan diluar jendela. Thing i love the most is waktu kamu ada ditempat tinggi, kamu bisa lihat segala sesuatunya secara keseluruhan. Gimana pemetaannya. Gimana bentukan aslinya. Apa maksud sebenernya dibuat ini disini, dibuat itu disitu, jadi ga cuma menerka nerka, buat asumsi, eh salah. Hahahaha
Terus, yang paling buat sedih adalah laut kita banyak sampahnya:( bayangin dari tempat tinggi aja sampahnya keliatan. Siapa yang ngerasa cukup bertanggung jawab buat bersihin itu semua? Pengen doing something tapi apa gimana:(((
Dan, yang baru gue sadar juga ternyata semakin jauh dari pulau jawa (Jakarta lah kalo mau lebih spesifik), laut kita semakin biru.
In my case, im turning 23.
Seperti persiapan take off, gue berdoa.
To be honest, selama ini sepanjang gue ulangtahun dan disuruh make-a-wish gue selalu doa yang umum, yang general. Karena sebenar-benarnya, gue gatau mau minta apa secara spesifik, gue cuma minta semoga sampai 'tempat tujuan' dengan selamat.
Dan juga ini kayanya gue butuh menghabiskan lebih banyak waktu buat 'ngobrol' sama diri sendiri deh. Butuh lebih banyak waktu buat 'naik ketempat tinggi' supaya ngerti secara keseluruhan kaya gimana pemetaan diri gue sendiri saat ini, mau dibawa jadi gimana diri gue besok, setahun lagi, lima tahun lagi. Sebenernya apa proyeksi gue ditahun-tahun mendatang, titik yang mana yang paling potensial buat dikembangin, titik mana yang berbahaya dan harus dihindari.
Gue sadar segimana hitam dan bersampah(?)nya diri gue. Satu-satunya yang paling bertanggungjawab buat bersihin seluruh sampah-sampah itu siapa lagi kalo bukan gue sendiri. Pengen doing something tapi bingung gimana cara bersihinnya. Yang gue bisa lakuin mungkin cuma ngebentengin diri buat mencegah, supaya sampahnya ga bertambah banyak.
Dan semoga, semakin kesini hitamnya semakin jauh tertinggal dibelakang, semoga semakin bijaksana dan semakin membiru.
Dan yah, begitulah kurang lebihnya. Selamat datang 23!
Senin, 20 November 2017
Kicau dibalik layar
Kuceritakan padamu,
Sedikit sudut pandangku tentang sudut pandang
Siang tadi acara perpisahan diselenggarakan dengan megahnya...
Sebentar, kenapa pula perpisahan harus dirayakan?
"merayakan perpisahan adalah cara sebagian orang untuk meluapkan kebahagiaan. mungkin. paling tidak sebagian"
katamu,
tepat sebelum aku jatuh tertidur
Sabtu, 18 November 2017
Ea
Well, semakin kesini aku semakin sadar bahwa hidup tak semulus paha mba-mba karoke,
Semakin sadar bahwa rencana-rencana hebat yang aku rancang sampai ke detail-detailnya pada akhirnya tak seberguna itu,
Semakin sadar bahwa selalu ada konsekuensi dari tiap keputusan yang aku ambil
Semakin sadar kalau uang tidak akan datang sendiri tanpa bangun pagi pulang malam setiap harinya,
Semakin sadar bahwa usaha tidak akan sampai tanpa lima waktu ditambah sepertiga malam,
Semakin sadar bahwa kalau bukan rezeki, pasti akan kemana-mana,
Semakin sadar bahwa kriteria-kriteria yang aku tetapkan mendadak kehilangan makna,
Semakin sadar bahwa datangnya lelaki yang menyanyikan Teman Hidup - Tulus hanyalah fiktif dan tak lebih dari ilusi semata,
Semakin sadar bahwa kata-kata manis bukan lagi yang aku ingin dengar,
Karena tak perlu yang terlalu
yang penting selalu
hanya aku,
satu.
sudut pandang memandang sudut?
aku mati-matian ingin melihat diriku
dari sudut pandang orang lain.
sudut pandangmu, apalagi
Di antara
Perempuan itu adalah abu-abu,
di antara simpang hitam dan putih
Perempuan itu adalah jeda,
di antara hiruk pikuk rindu dan padatnya kikuk
Perempuan itu adalah redup,
di antara pekat kabut malam dan jernih embun pagi
di antara rintik Oktober dan derasnya Desember
Perempuan itu adalah ruang,
di antara gegap gempita pikiran dan katupnya mulut
Perempuan itu adalah tenang,
di antara tingginya harapan dan kerasnya nyata
Dan
Di antara lamunan-lamunan tingginya,
Ia hanya mendamba untuk mencinta dan dicinta
dengan sederhana,
dengan seada-adanya.
Jumat, 17 November 2017
point of view
Kuceritakan padamu,
Sedikit sudut pandangku tentang sudut pandang.
Siang lalu, acara perpisahan dibuka dengan penampilan tari adat betawi yang dibawakan oleh tiga orang. Sayangnya, setengah jalan menuju akhir gerakan mereka kacau
Dari sudut pandang penari, aku mencoba menerka
Mungkin mereka ditekan untuk menampilkan yang terbaik sesuai dengan apa yang telah mereka persiapkan selama ini.
Lalu tanpa sadar, diantara tempo yang semakin cepat mereka mulai sibuk bertanya-tanya
sebenarnya apa yang akan terjadi kalau aku tak cukup baik? sebenarnya apa yang telah aku persiapkan? sebenarnya apa tujuan akhir segala persiapan ini? sampai lupa bertanya diri sendiri,
"sebenarnya kenapa? untuk apa aku menari?"
Kenapa harus selalu sibuk tentang persiapan? Dan kenapa pula harus selalu sibuk memikirkan penilaian orang? Padahal, ia hanya perlu menari karena memang ia senang menari.
Kenapa ia tidak bisa bahagia atas hal yang seharusnya membahagiakannya?
Kenapa tidak ia resapi saja gerakan demi gerakannya dan biarkan intuisi membimbingnya?
Sudut pandangku?
Ntah, aku merasa menari 11 12 dengan hidup,
Dan aku hanya berusaha untuk menjadi sebahagia-bahagianya penikmat pertunjukan.
Senin, 13 November 2017
White healing room
Tidak ada yang lebih menyenangkan
Dari berkunjung ke ruang putih ini
Ruang kecil yang cukup besar untuk menampung luka demi luka.
Setiap peristiwa itu terbingkai jelas dalam tiap tinta yang mengering,
Larik demi larik
Yang ini semisal,
Kamu ingat hari dimana mereka bertengkar? Teriakan dan air berlomba untuk saling berserak dikamar belakang?
Atau malam itu? Malam dimana kamu dibangunkan untuk ditampar fakta saat sosok pahlawan itu berubah menjadi sosok yang mati-matian kamu benci?
Atau siang itu? Saat sedang berkumpul tetapi kamu dipanggil keruangan bawah itu karena spp dan uang buku yang belum lunas?
Atau...
Malam itu? Ketika untuk pertamakalinya aku tahu bahwa ada harga mahal yang harus ditukar demi keinginan masuk undip yang menggebu. Aku masih bisa menemukan senyum diantara sembab mata dan lambaian tangannya, keesokan paginya.
Atau ada juga saat dimana kamu akhirnya berhasil meresapi bahwa...
Ah, terlalu banyak.
Tetapi, yang pasti, setiap luka yang menganga pasti akan mengatup,
Sama halnya dengan tinta yang sebaik apapun terukir pasti akan mengering. Menjadi abadi untuk dikunjungi suatu hari nanti.
Dan tiada yang lebih membanggakan,
Dari berdiri didepan cermin tepat disamping pintu keluar itu.
Menatap lurus kedalamnya seraya berkata:
"well done, ca. kamu masih hidup dan kamu berhasil melewati ini semua.selamat!"
Minggu, 12 November 2017
Yah kurang lebih seperti itu
Kamu tahu, apa yang paling mengerikan dalam rasa yang bertepuk sebelah tangan?
Fase dimana kamu dijauhi
Fase dimana kamu merasa kamu sebegitu tidak diinginkan, tidak diharapkan, mengganggu,
fase dimana kamu tidak diterima sebegitu hebatnya
Jadi yah, untuk saat ini sekedar berharap pun rasanya terlalu berlebihan
Kamis, 02 November 2017
Kelabu
Kamu bisa menjadi siapapun
Pun,
Kamu bisa tidak menjadi siapapun
Kamu bisa menjadi, hitam, kuning, biru, jingga, apapun
Pun,
Kamu bisa tidak menjadi hijau, nila, merah, putih, apapun
Cukup duduk disini, menjadi abu-abu bersamaku
Jingga
Kamu adalah jingga,
Sebaik-baiknya warna yang menjelma petang
Belakangan, aku hanya berdoa agar dapat menjadi semburat tipis nila
Sebaik-baiknya samar,
Yang dapat menggenapimu.
Hm?
Karena toh kamu pada akhirnya tidak bisa membahagiakan semua orang, semua pihak
Dan tidak semua orang, tidak semua pihak bisa bahagiain kamu
Jadi, tidak adilnya dimana?
"ga semua orang butuh dibahagiakan"
Tapi bukannya menyenangkan kalau bisa bahagia, membahagiakan, dibahagiakan?
Langganan:
Postingan (Atom)